BANDA ACEH - Sejak dua tahun terakhir tren interior berpindah dari minimalis ke klasik canggih untuk lokasi tinggal maupun perkantoran. Di kalangan masyarakat pemilihan interior dengan gaya seni abad pertengahan itu diakibatkan oleh sejumlah faktor, laksana adanya kejenuhan dengan style interior sebelumnya sehingga hendak mengubah ke style lainnya.

Executive Director Toscha Interior Decorator, Designer Furniture, Art Consultation, Tuanku Warul Waliddin SE menyampaikan urusan itu kepada Serambi, Senin (27/2). Ia menyatakan klasik canggih yaitu perpaduan antara format yang lama dengan warna kekinian. Misal guna mendesain satu set kamar dengan interior klasik modern, maka ada tidak banyak lengkung-lengkungan di cermin meja hiasnya ataupun kepala lokasi tidurnya dengan tidak banyak sentuhan ukiran.
“Tapi enggak berpengaruh hanya sentuhan pemanis saja lengkungan tersebut, jadi klasiknya disitu. Modernnya dia tidak mendominasi di ukiran, selanjutnya dipadu dengan warna-warna canggih seperti putih, mint. Ataupun kombinasi warna putih dengan krem atau warna gading, jadi kesan vintage tersebut yang diangkat,” katanya.

Warul melafalkan untuk interior setiap untuk satu set kamar, ruang keluarga, ruang tamu ataupun dapur dibanderol mulai harga Rp 10 juta sampai ke atas tergantung dari luas ruangannya. Satu set itu katanya, tergolong dengan lokasi tidur, lemari, meja, kursi, dan wallpaper.
Terkait dengan tren interior, Berdasarkan keterangan dari Warul, tren tersebut berputar-putar disitu saja suatu ketika yang lama jadi baru dan yang baru jadi lama. Namun disaat yang lama jadi baru maka terdapat kombinasi dengan ide-ide kekinian.

“Saat minimalis jadi tren interior, ada pun orang yang dari dulu tetap menjaga klasik canggih yang sekarang jadi tren lagi sekitar dua tahun terakhir dengan perpaduan warna modern,” sebutnya.
Di samping itu guna pemilihan wallpaper, shabby chic masih digemari untuk pemanis dinding di ruang family maupun kamar. Selanjutnya ialah wallpaper klasik modern, yaitu laksana yang memperlihatkan Menara Eiffel yang ada di Paris dipadu dengan Big Ben suatu menara jam yang terletak di Istana Westminster, London, Britania Raya.

Executive Director Toscha Interior Decorator, Designer Furniture, Art Consultation, Tuanku Warul Waliddin menuliskan interior kafe-kafe ketika ini telah bermain di woody atau kayu guna kursi maupun meja yang digunakannya. Di samping itu, ketika ini pun sedang tren industrial seperti memakai kontainer yang diolah fungsinya menjadi kafe.
“Industrial ini seperti menunjukkan perangkat atau material dalam suatu industri yang dijadikan kafe, baik tersebut kontainer atau pipa-pipa yang ditimbulkan didalam interiornya. Namun guna rumah seringkali lebih ke shabby chic dan klasik modern,” demikian Tuanku Warul Walidin. (una)







Comments
Post a Comment