Membangun atau memilih tempat rumah ialah lingkungan (bi’ah) yang baik
Oleh Abdurrahman Al-Kambary
Sambungan tulisan PERTAMA
Rumah yang Islami
RUMAH yang anda bangun boleh estetis dan cantik, akan namun tidak boleh berlebihan. Tidak boleh bermegah-megahan. Juga hendaknya bangunan tidak berisi unsur-unsur syirik dalam desain dan ornamen di dalamnya.
Berdasarkan keterangan dari KH Ahmad Mansur Suryanegara, sejarawan Islam, desain interior lokasi tinggal atau sebuah bangunan dilarang berbentuk atau serupa salib. “Jangan terdapat kusen atau interior lokasi tinggal yang serupa salib. Ini tidak mudah untuk desainer tapi tersebut adalah dakwah. Kalangan Kristen memperkenalkan salib tersebut bagian dari dakwahnya.” katanya.
Desain interior lokasi tinggal islami usahakan mempunyai ciri-ciri di antaranya: disediakan ruang khusus guna ibadah (mushalla), menjadikan dinding lokasi tinggal (ruang tamu dan ruang pribadi) sebagai hijab, kamar orangtua dan anak-anak terpisah. Di samping itu, pun harus tersedianya kamar tamu dan kamar pribadi, posisi kloset tidak menghadap kiblat, serta ornamen atau dekorasi yang bernuansa islami (kaligrafi ayat Qur`an, Hadits atau pemandangan)
Hal yang perlu diacuhkan juga dalam desain rumah ialah tembok atau pagar. Sebaiknya tidak terlampau tinggi, sehingga menciptakan rumah terkesan sebagai benteng yang akan menyimpulkan hubungan dengan tetangga kita.
Baiti Jannati, rumahku ialah surgaku. Demikian sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mencerminkan betapa pentingnya peran lokasi tinggal dan family dalam kehidupan manusia. Rumah yang islami yakni lokasi tinggal yang dibangun semata-mata hanya dalam rangka untuk beribadah untuk Allah SWT.
Memuliakan Tamu
Jika seorang tamu menyampaikan salam di depan pintu, maka hendaknya tuan lokasi tinggal menjawabnya. Menjawab salam sesama Muslim berarti membayar hak sesama Muslim.
إِذْ دَخَلُوا عَلَيْهِ فَقَالُوا سَلَاماً قَالَ سَلَامٌ قَوْمٌ مُّنكَرُونَ
“Ketika mereka masuk dan memberi salam, maka Ibrahim menyambut dengan salam pun kepada orang-orang yang belum dikenal itu.” (QS Adz-Dzariyat [51]: 25)
Tuan lokasi tinggal hendaknya menyambut tamunya dengan sarat gembira dan wajah berseri-seri. Jika ia sedang punya masalah, hendaknya tidak dinampakkan untuk tamu.
Agar tamu segera menikmati sikap yang ramah dari tuan rumah, maka segeralah menyuguhkan hidangan. Hal itu diterangkan dalam al-Qur`an saat Nabi Ibrahim Alaihissalam menyuguhkan hidangan kepada tamunya. “Kemudian Ibrahim menghidangkan pada mereka.” (QS: Adz-Dzariyat [51]: 27)
Bahkan salah satu tanda keimanan yang sempurna di dada seseorang merupakan dimilikinya akhlakul karimah dalam tindakan maupun ucapan. “Barangsiapa beriman untuk Allah dan hari Akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya…” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
“Aku tidak suka memperindah rumahku kecuali sekadar menghormati tamu,“ ujar Abdullah bin Umar.
Jadi, seorang Muslim mesti senantiasa menyiapkan dirinya, rumahnya dan keluarganya guna menerima tamu dan menghormatinya. Menerima tamu yang dalam kesulitan, menjadikan lokasi tinggal tempat pengajian, lokasi thalabul ilmi, dan lokasi silaturahim ialah cara yang bakal mengundang keberkahan.
Berbuat Baik Terhadap Tetangga
Ajaran Islam sangat menyarankan hubungan yang baik dengan tetangga.
Dari Ibnu Umar dan Aisyah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam bersabda, “Jibril tidak jarang kali berpesan kepadaku supaya berbuat baik terhadap tetangga sampai-sampai aku mengira kalau-kalau mereka bakal diberi hak waris.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Pilihlah rumah salah satu tetangga yang baik. Sebab andai tetangga dan lingkungannya baik, maka hidup bakal merasa nyaman. Bila memungkinkan tempatnya dekat dengan masjid, sehingga dapat menunaikan shalat berjamaah, dan anak-anak terbiasa dengan keadaan ibadah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam menghubungkan melakukan baik untuk tetangga dengan keimanan seseorang. Perhatikan sabdanya, “Siapa yang beriman untuk Allah dan hari Akhir, maka janganlah mengganggu tetangganya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Tetangga lokasi tinggal kita mesti menikmati ketenangan, kedamaian dengan kehadiran lokasi tinggal kita. Jangan sebaliknya. Juga mesti menemukan perhatian dari anda dan menyenangi mereka. Rumah islami yang bakal mengundang keberkahan mesti dapat menangkal hal-hal yang menyakitkan tetangga, dan memahami hak-hak tetangga.
Lingkungan yang Baik
Peduli dengan lingkungan yang sehat akan membuat kehidupan yang sehat pula. Adapun urusan yang kesatu mesti diacuhkan untuk membina atau memilih tempat rumah ialah lingkungan (bi’ah) yang baik. Sebab, lingkungan sangat dominan terhadap kepribadian, perilaku, dan pola pikir seseorang.
Hindari lingkungan yang tidak kondusif dalam menumbuhkan nilai-nilai kebaikan, dan ketaatan pada agama. Misalnya, di lingkungan yang terjadi pembiasan aqidah, senang berjudi, dan minum minuman keras.
Jika suatu lingkungan yang penuh dengan nuansa maksiat, maka bakal mendorong seseorang untuk mengerjakan penyimpangan dan dosa. Oleh karena itu, menjauhi lingkungan seperti tersebut pada dasarnya adalah sebuah kewajiban dalam melestarikan iman.
Secara eksplisit, al-Qur`an mengaku bahwa segala jenis kehancuran yang terjadi di permukaan bumi ini merupakan dampak ulah tangan yang dilaksanakan oleh insan dalam berinteraksi terhadap lingkungan hidupnya;
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kehancuran di darat dan di laut diakibatkan karena tindakan tangan manusia, agar Allah merasakan untuk mereka sebahagian dari (akibat) tindakan mereka, supaya mereka pulang (ke jalan yang benar).” (QS: Ar-Rum [30]: 41).
Rumah yang Bersih
Jika lokasi tinggal kita bersih, maka akan menolong kita guna tetap sehat dan bugar. Suasana lokasi tinggal yang sehat tidak melulu membantu kita guna bebas dari stres, tetapi pun membantu untuk menambah produktivitas ibadah dan kerja kita.
Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallu ‘alaihi Wassallam bersabda: Tidak bakal masuk surga orang yang dalam hatinya ada keangkuhan seberat biji debu. Ada seorang yang bertanya, “Sesungguhnya masing-masing orang suka (memakai) baju yang indah, dan alas kaki yang bagus, (apakah ini tergolong sombong?). Rasulullah Shallallu ‘alaihi Wassallam bersabda: “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan menyukai keindahan, keangkuhan itu ialah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.” (Riwayat Muslim)
Oleh sebab itu, lokasi tinggal harus diatur sedemikain rupa agar indah, bersih dan sehat. Tanamlah pohon yang rindang dan sejuk. Perbaikilah sanitasi air supaya tidak mampat, tidak bau dan mengganggu tetangga di dekat rumah kita.
Islam ialah agama yang cinta kebersihan. Kita diingatkan oleh Nabi Shallallu ‘alaihi Wassallam bila berkeinginan memelihara fauna seperti anjing karena sehubungan dengan urusan najis. Bahkan Islam tidak mengizinkan memelihara anjing kecuali guna kepentingan penjagaan ketenteraman atau pertanian.
Simak sabda Rasulullah Shallallu ‘alaihi Wassallam ini, “Malaikat tidak akan menginjak rumah yang di dalamnya ada anjing dan pun tidak menginjak rumah yang di dalamnya ada gambar (patung).” (Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah)
Senantiasa Bersyukur
Sungguh, sebuah rahmat yang luar biasa andai kita diberi keluasan, dan kelapangan rezeki, sampai-sampai dapat membina sebuah rumah. Padahal, betapa tidak sedikit saudara kita yang kurang beruntung sehingga tidak memiliki keterampilan untuk mempunyai rumah. Masih tidak sedikit orang yang kedinginan, kehujanan sebab tak punya lokasi berteduh. Jadi, telah sepantasnya anda bersyukur atas rahmat dan rezeki yang telah diserahkan Allah untuk kita.
Salah satu ungkapan rasa syukur kita ialah dengan memakai rezeki dengan bijak, tidak berlebih-lebihan, tidak sombong, tidak boros, dan tidak pula kikir. Dalam membangun rumah, kita mesti menggunakan sumber daya secermat mungkin, sehingga tidak ada yang mubazir.
Dalam suatu tulisan kolomnya yang berjudul Rumah Sejati Kita, Salim A Fillah menyindir kita, “Betapa jauh anda hari ini dari tuntunan Rasulullah Shallallu ‘alaihi Wassallam dan teladan orang-orang yang diridhai-Nya. Betapa bangga kita mengenai seluas apa, sebanyak lantai, ekuivalen berapa, senyaman apa, dan bagaimana mempercantiknya. Tanpa sadar bahwa lokasi tinggal abadi besok kita di akhirat belumlah dipasang batu kesatunya.”
Allah Ta’ala sama sekali tidak mendapat deviden apapun dari sikap syukur hambanya. Sebaliknya, kesyukuran insan itu, manfaatnya berpulang pada mereka sendiri.
Allah Ta’ala menyatakan;
وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ
”Barangsiapa yang bersyukur, maka urusan itu ialah untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Barangsiapa yang ingkar, bahwasannya Tuhan tersebut Maha Kaya dan Maha Mulia.” (QS: An-Naml [27]: 40)
Bersyukur sebab ia adalah kunci penambahan rezeki. Berdasarkan keterangan dari Ibn Qayyim al-Jauziyah, syukur adalah pujian dan pernyataan hamba terhadap nikmat Allah yang disertai rasa cinta dan ketaatan kepada-Nya.
Allah Ta’ala berfirman, “Jika anda bersyukur, maka Aku akan meningkatkan (nikmat) tersebut kepadamu, dan andai kamu ingkar maka bahwasannya siksa-Ku paling pedih. (Ibrahim [14]: 7). Wallahu a’lam.
Aktivis sosial, edukasi dan dakwah. Artikel dipungut dari Majalah Karimah Edisi II 2013
Rep: Admin Hidcom
Editor:
Berita ini pun dapat dibaca melewati Media dan Segera Update software hidcom guna Android. Install/Update Aplikasi Hidcom Android kita Sekarang !
Topik: bangunan, berkah, rumah
Comments
Post a Comment